Puasa Sunnah
Sementara itu, puasa sunnah adalah puasa yang hukumnya sunnah. Puasa sunnah itu sangat banyak macamnya. Di antaranya adalah:
Puasa Syawal
Puasa Arafah
Puasa Asyura
Puasa Syaban
Puasa Senin Kamis
Puasa Daud
Puasa Ayyamul Bidh
Simak masing-masing penjelasan dari puasa sunnah berikut ini.
1. Puasa Syawal
Puasa Syawal adalah puasa selama enam hari di bulan Syawal. Hal itu sebagaimana sabda Rasulullah berikut.
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa setahun.” (HR.Muslim).
Hadits di atas menyatakan bahwa puasa Ramadan yang diikuti puasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal itu pahalanya seperti puasa setahun.
Dengan demikian, puasa Syawal itu seolah-olah panen pahala karena keutamaannya begitu luar biasa.
Puasa Syawal bisa dilakukan selama enam hari berturut-turut di bulan syawal. Ada pula yang membolehkan bisa dilakukan secara tidak berturut-turut, asalkan selama enam hari di bulan Syawal.
Yang perlu menjadi catatan adalah bahwa puasa Syawal ini dilakukan di bulan Syawal selain pada tanggal 1 Syawal karena pada hari itu diharamkan berpuasa.
Tanggal 1 Syawal merupakan hari idul Fitri, oleh karenanya tidak diperbolehan berpuasa karena waktu itu adalah waktu untuk kembali berbuka (makan, minum, tidak berpuasa).
Mengenai waktu pelaksanaannya, puasa Syawal itu bisa dilakukan pada awal Syawal (kecuali tanggal 1 Syawal). Bisa pula di pertengahan bulan Syawal.
Puasa syawal juga bisa dilakukan di akhir bulan Syawal. Yang pasti, puasa tersebut selama enam hari dilakukan ketika masih bulan Syawal.
Setiap akan melakukan puasa, maka dianjurkan untuk mengawalinya dengan niat puasa agar ketika melakukan puasanya karena Allah.
Bacaan Niat Puasa Syawal
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘ala”.
“Saya niat berpuasa sunnah Syawal esok hari karena Allah Ta’ala”.
Puasa Arafah
Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilakukan pada hari Arafah. Hari Arafah itu jatuh setiap tanggal 9 Dzulhijjah.
Puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang begitu dianjurkan karena manfaatnya sangat luar biasa, yaitu menghapus dosa setahun lalu dan setahun yang akan datang.
Rasulullah bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ
Artinya:
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang.” (HR.Muslim).
Berdasarkan hadits di atas, puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang begitu istimewa. Oleh karena itu, hendaknya umat Islam menunaikan ibadah puasa Arafah jika tidak sedang berhaji.
Pada hari Arafah, bagi orang yang menunaikan ibadah haji itu bertepatan dengan wukuf di padang Arafah.
Sementara itu, dianjurkan bagi orang yang tidak sedang menunaikan haji untuk puasa Arafah agar mendapatkan keutamaan yang luar biasa.
Bacaan Niat Puasa Arafah
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati Arafah lillahi ta‘ala”.
“Saya niat berpuasa sunnah Arafah esok hari karena Allah Ta’ala”.
Puasa Asyura
Puasa Asyura adalah puasa yang dilakukan pada setiap tanggal 10 Muharram.
Sebagaimana namanya, Asyura merupakan kata dari Bahasa Arab yang berarti 10. Maksudnya, puasa tersebut dilakukan pada tanggal 10 Muharram (bukan tanggal 10 selain bulan Muharram).
Bulan Muharram merupakan bulan yang dimuliakan. Sebagaimana yang diketahui dalam syariat Islam bahwa bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Sya’ban.
Sementara itu, pada bulan-bulan tersebut pahala akan dilipatgandakan untuk amalan-amalan kebaikan.
Dengan demikian, puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram merupakan puasa yang jatuh pada bulan yang dimuliakan.
Oleh karena itu, puasa Asyura merupakan puasa yang istimewa dan pahalanya pun istimewa karena dilakukan di bulan mulia.
Rasulullah pun sangat bersemangat untuk melakukan puasa Asyura.
Bacaan Niat Puasa Asyura
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ العَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatil asyura lillahi ta‘ala”.
“Saya berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah Ta’ala”.
Puasa Sunnah Syaban
Sebagaimana bulan Dzulqa’dah, Dzulhijah, dan Muharram.
Bulan Sya’ban juga merupakan kenikmatan yang luar biasa kerena Allah melipatgandakan pahala pada amalan-amalan kebaikan yang dilakukan pada bulan-bulan tersebut.
Rasulullah juga sering mengisi bulan Sya’ban dengan puasa-puasa sunnah.
Bahkan, di bulan Sya’ban tersebut, Rasulullah melakukan puasa sunnah Syaban lebih banyak daripada di bulan-bulan lainnya.
Bacaan Niat Puasa Syaban
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati Sya‘bana lillahi ta‘ala”.
“Saya berniat puasa sunah Sya‘ban esok hari karena Allah Ta’ala”.
Puasa Sunnah Senin Kamis
Puasa pada setiap hari Senin dan Kamis merupakan jenis puasa yang sangat popular di kalangan masyarakat kita.
Bahkan pada masyarakat awam, mereka hanya mengenal puasa pada hari Senin dan Kamis sebagai puasa sunnah.
Sementara mereka tidak mengetahui puasa sunnah apa selain pada hari Senin dan Kamis tersebut. Hal itu menandakan bahwa jenis puasa sunnah ini merupakan puasa sunnah yang sangat popular di masyarakat.
Meski demikian, puasa Senin-Kamis ini bukan termasuk puasa yang mudah untuk dijalankan secara istikhamah.
Banyak di antara orang-orang yang melakukannya itu tidak kuat mengistikamahkan (secara rutin) bahkan hanya selama setahun.
Pada dasarnya, puasa Senin Kamis merupakan puasa sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah. Beliau sendiri juga kerap melakukan puasa Senin-Kamis
Bacaan Niat Puasa Senin
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
“Nawaitu Shouma Yaumal Itsnaini Sunnatal Lillaahi Ta’aalaa”.
“Saya niat puasa pada hari senin, sunah karena Allah Ta’ala”.
Bacaan Niat Puasa Kamis
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
“Nawaitu Shouma Yaumal Khomiisi Sunnatal Lillaahi Ta’aalaa”.
“Saya niat berpuasa pada hari kamis, sunah karena Allah Ta’ala”.
Puasa Daud
Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan dengan frekuensi yang sangat sering, yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak. Begitu seterusnya dilakukan kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.
Dengan demikian, puasa Daud adalah puasa yang sangat sulit dan sangat berat untuk dilakukan secara istikhomah. Jarang orang yang bisa mengistikhomahkan puasa tersebut hingga kuat sampai bertahun-tahun lamanya.
Bacaan Niat Puasa Daud
نَوَيْتُ صَوْمَ دَاوُدَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
“Nawaitu shouma daawuda sunnatan lillaahi ta’aalaa”.
“Saya niat berpuasa Daud, sunnah karena Allah Ta’ala”.
Puasa pada Ayyamul Bidh
Ayyamul Bidh adalah tiga hari pada setiap bulannya yang ketika itu sinar rembulan sedang berkilauan.
Tiga hari itu adalah pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan pada kalender Hijriah.
Dalam penanggalan Hijriah yang mendasarkan penghitungannya pada gerakan bulan, bulan mulai tampak dengan sempurna dan sinarnya berkilauan itu jatuh pada tanggal 13, 14, dan 15. Sementara itu, puncak dari bulan purnama adalah tanggal 15.
Pada tiga hari tersebut umat Islam disunnahkan untuk melakukan puasa.
Bacaan Niat Puasa Ayyamul Bidh
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ اَيَّامَ اْلبِيْضِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
“Nawaitu shouma ghadin ayyamal bidhi sunnatan lillahi ta’ala.”
“Saya niat berpuasa besok pada (ayyamul bidh) hari-hari putih sunah karena Allah Ta’ala”.